Selasa, 11 Juni 2013

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP APENDIKSITIS



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN APENDIKSITIS


A.    PENGERTIAN
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi(Wilson&Goldman,1989).
Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi (Sabiston,1995).
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
B.     ETIOLOGI
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-faktor prediposisi yang menyertai. Factor tersering yang muncul adalah obtruksi lumen.
1.      Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :
a.       Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak
b.      Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c.       Adanya benda asing seperti biji – bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll
d.      Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumny
2.      Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
3.      Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
4.      Tergantung pada bentuk appendiks
5.      Appendik yang terlalu panjang.
6.      Messo appendiks yang pendek.
7.      Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
8.      Kelainan katup di pangkal appendiks.
C.    PATHOFISIOLOGI
Apendisitis disebabkan oleh penyumbatan lumen Apeendiks oleh hyperplasia, folikel limfoid, fekalit, benda asing, striptur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma.
Obtruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menhambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapidisis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah akan terjadi apendik akut fokal yang ditandai  oleh nyeri epdestrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat, hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edem bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi invak dinding appendik yang diikuti dengan ganggren (Arif Mansjoer, 2000).
D.    MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis dari appendicitis yaitu :
1.      Nyeri kuadran bawah biasanya disertai  dengan demam derajat rendah, mual, dan sering kali muntah.
2.      Pada titik McBurney (terletak dipertengahan  antara umbilicus dan spina anterior dari ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rectum kanan.
3.      Nyeri alih mungkin saja ada, letak appendiks mengakibatkan sejumlah nyeri tekan, spasme otot, dan konstipasi atau diare
4.      Tanda rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kiri bawah, yang menyebabkan nyeri pada kuadran kanan bawah)
5.      Jika terjadi ruptur appendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar, terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.
E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas anamnesa ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a.       Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnesa, ada 4 hal yang penting  adalah :
a.       Nyeri mula – mula di epeigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu kemudian menjalar keperut kanan bawah.
b.      Muntah oleh karena nyeri visceral
c.       Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus)
d.      Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan di perut terasa nyeri.
2)      Pemeriksaan Laboratorium
a.       Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi.
b.      Hb (hemoglobin) nampak normal
c.       Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis infiltrate
d.      Urine penting untuk melihat apa ada insfeksi pada ginjal.
3)      Pemeriksaan Radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosaappendicitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut :
a.       Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan
b.      Kadang ada fekolit (sumbatan)
c.       Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma 
4)      Pemeriksaan  Tambahan
a.       Lokalisasi
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,tetapi paling terasa nyeri  pada titik Mc Burney. Jika sudah infiltrat, insfeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney
b.      Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
F.     KLASIFIKASI
      Apendik dapat dibagi atas dua bagian yaitu.
a.   Apendik Akut : jarang ditemui pada anak dibawah 5 tahun dan orang tua diatas 50 tahun.   Apendicitis dapat dibagi atas tiga bagian :
1)   Apendicitis acut focalik atau segmentalis.
      Terjadi pada bagian distal yang meradang seluruh rongga apendiks sepertiga distal berisi nanah.
2)   Apendicitis acut purulenta diffusa.
      Pembentukan nanah yang berlebihan jika radangnya lebih hebat dan dapat terjadi mikrosis dan pembusukan yang disebut appendicitis gangrenous.   Pada appendicitis gangrenous dapat terjadi perfulasi akibat mikrosis kedalam rongga perut dan mengakibatkan peritonitis.
3)   Apendicitis acut traumatic.
      Disebabkan oleh karena trauma karena kecelakaan pada operasi didapatkan tampak lapisan eksudat dalam rongga maupun permukaan.
b.   Appendicitis kronik.
      Appendicitis kronik dibagi atas dua bagian antara lain :
1)   Appendicitis cronik focalis.
      Secara mikroskopis nampak fibrosis setempat yang melingkar, sehingga dapat menyebabkan stenosis.
2)   Appendicitis cronik obliterative.
      Terjadi fibrosis yang luas sepanjang appendiks pada jaringan sub mukosa dan sub serosa, sehingga terjadi obliterasi (hilangnya lumen) terutama dibagian distal dengan menghilangnya selaput lender pada bagian tersebut.
G.    MANIFESTASI KLINIS
Sakit di sekitar umbilicus dan epigastrium disertai anoreksia, nausea dan vomiting. Beberapa jam kemudian diikuti oleh sakit perut di kanan bawah dengan diser atai kenaikan suhu tubuh yang ringan.
Pada bayi dan anak – anak (balita) tidak menunjukkan letak sakit tapi dirasakan menyentuh. Dalam 2 – 12 jam nyeri akan beralih kekwadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperbilat bila berjalan atau batuk.   Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap, namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif, dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal.  Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri.  Nyeri lepas dan spasme biasanya juga muncul.   Bila tanda rovsing positif akan semakin meyakinkan diagnose klinis appendicitis.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1)      PENGKAJIAN
a.   Data Subyektif
1)   Sebelum operasi. Mengatakan
Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan bawah mual, muntah,
kembung Tidak nafsu makan, demam Tungkai kanan tidak dapat diluruskan.
2)   Sesudah operasi mengatakan :
a)      Nyeri daerah operasi
b)      Lemas
c)      Haus
d)     Mual, kembung
e)      Pusing.
b.      Data Obyektif.
1)      Pemeriksaan fisik.  (Posisi klien berbaring)
Inspeksi :
a)      Klien nampak kesakitan, penampilan (expresi) yang tidak ceria.
b)      Pergerakan sangat hati-hati pada yang acut.
c)      Bila berbaring kaki kanan sedikit ditekuk.
d)     Klien merasa sakit kalau disuruh menekuk kaki kanan.
2)      Palpasi
a)      Suhu badan hangat diukur berkisar 37 – 38 C
b)      Pemeriksaan pada perut akan menunjukkan nyeri tekan pada perut kanan bawah.
c)      Palpasi ringan abdomen dari sisi kiri ke kanan memungkinkan pemeriksa vigiditas atau devans muskuler ringan.
d)     Bila appendiks yang meradang terletak didalam pelpis maka nyeri tekan dapat dideteksi dengan cara rektaltose.
3)      Perkusi :
Bila diketuk pada kuadran kanan bawah klien akan menjerit, meringis karena sakit yang hebat.
a)      Sebelum operasi
v  Nyeri tekan di titik Mc. Burney
v  Wajah mengkerut
v  Perilaku distraksi
v  Respon otomatis
v  Spasme otot
v  Takhikardi, takipnea
v  Pucat, gelisah
v  Bising usus berkurang atau tidak ada
v  Demam 38 – 38,5 °C
b)      Sesudah operasi
v  Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen
v  Terpasang infus
v  Terdapat drain/pipa lambung
v  Bising usus berkurang
v  Selaput mukosa mulut kering
2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Nyeri abdomen berhubungan dengan distensi  jaringan usus.
DS : Mengeluh nyeri di daerah pusar menjalar ke daerah kanan bawah,menjadi lebih berat saat melakukan aktivitas
DO : Nyeri tekan di titik Mc Burney, wajah pasien meringis menunjukan expresi nyeri,tungkai kanan tidak dapat diluruskan , pergerakan terbatas , abdomen ditahan agar tidak nyeri
b.      Hiperthermi berhubungan dengan respon inflamasi
DS : Mengeluh badan demam
DO : Peningkatan suhu tubuh 37 – 38,kulit teraba hangat
c.       Resiko kekurangan volume cairan b.d mual, muntah.
DS :  Mengeluh mual dan muntah
DO : -
d.      Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
DS : Pasien mengatakan cemas,dan menanyakan hal – hal yang belum diketahui.
DO : Gelisah,sering bertanya tentang prosedur pembedahan.
3.      PERENCANAAN KEPERAWATAN
a.       Nyeri abdomen berhubungan dengan distensi jaringan usus.
Outcome : Pasien akan mempertahankan kenyamanan selama perawatandengan  kriteria evaluasi dalam 1 – 2 jam intervensi penghilangan nyeri, persepsi subjektif pasien tentang nyeri menurun, dibuktikan dengan skala nyeri, indikator-indikator obyektif, seperti men\ringis, wajah dan posisi tubuh relaks (tidak ada/menurun).
Intervensi Keperawatan :
1)      Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Gunakan skala nyeri dengan pasien dari 0 (tidak ada nyeri) – 10 (nyeri paling buruk). Waspada tentang karakteristik ketidaknyamanan selama tahap – tahap berikut dari appendicitis.
w  Tahap Awal : Nyeri abdomen (baik epigastrik atau umbilikal) mungkin tidak jelas atau menyebar, mual dan muntah : demam : sensitifitas di atas area appendiks.
w  Tahap Intermediet (akut) : Nyeri berpindah dari epigastrium ke kuadran kanan bawah pada titik Mc. Burney dan meningkat dengan berjalan atau batuk. Nyeri dapat disertai dengan sensasi konstipasi, anoreksia, malaise, kadang – kadang diare, penurunan peristaltik  usus juga terjadi.
w  Appendicitis akut dengan perforasi : peningkatan kekakuan abdomen.
R/.Berguna dalam pengawasan keefektifan obat kemajuan penyembuhan. Perubahan pada karakteristik nyeri menunjukan terjadinhya abses atau pertonitis memerlukan upaya evaluasi medis dan intervensi.
2)      Berikan tindakan kenyamanan.latihan relaksasi,napas dalam.
R /. Meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping pasien.
3)      Pertahankan pasien puasa sebelum pembedahan
R/. Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltic usus dini dan iritasi gaster/muntah.
4)      Bantu posisi pasien untuk kenyamanan optimal.
R/.menemukan kenyamanan pada posisi miring dengan lutut ditekuk, sedangkan yang lain merasa nyerinya hilang apabila terlentang dengan bantal di bawah lutut.
5)      Kompres es pada daerah yang sakit.
R/. Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan rasa ujung saraf.
b.      Hiperthermi b.d respon inflamasi.
Outcome : Pasien akan mempertahankan suhu tubuh yang normal selama dalam perawatan dengan criteria 1-2 jam intervensi di berikan dapat dilihat tanda sebagai berikut; suhu tubuh dalam batas normal 36-37, bebas dari kedinginan.
Intervensi Keperawatan :
1)      Pantau suhu tubuh pasien
R/ Suhu 38 menunjukan proses penyakit infeksi
2)      Berikan kompres hangat ,hindari penggunaan alcohol
R/ dapat membantu mengurangi demam
3)      kolaborasi pemberian anti piretik
R/ di gunakan utk mengurangi demam dgn aksi sentralnya pada hipotalamus.
c.       Kekurangan volume cairan b.d mual, muntah.
Outcome : Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan  yang normal selama perawatan dengan kriteria evaluasi dalam 1 – 2 jam intervensi diberikan dapat dilihat tanda sebagai berikut : bibir tiadak kering, mukosa membran lembab, turgor kulit baik, tidak kering.
Intervensi Keperawatan :
1)      Kontrol TTV terhadap peningkatan suhu, peningkatan frekwensi nadi, hipotensi tiap 4 jam.
R/. Tanda yang membantu mengindentifikasi volume intravascular
2)      Auskultasi bising usus catat kelancaran flastus dan gerakan usus.
R/. Indikator kembalinya peristaltic,kesiapan untuk pemasukan peroral
3)      Pasang  infus dan  pipa lambung sesuai dengan program medik.
R/. Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki ketidakseimbangan.
4)      Kontrol cairan keluar dan masuk bila urin < 30/jam, laporkan dokter.
R/. Memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan pengantian.
5)      Berikan sejumlah kecil minuman dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.
R/. Menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan
d.      Kecemasan b.d penurunan status kesehatan.
Outcome : Pasien akan meningkatkan pengetahuannya dengan kriteria evaluasi pasien mengungkapkan pengetahuan tentang prosedur pembedahan termasuk persiapan preoperasi dan sensasi dan perawatanoperasi dan mendemonstrasikan latihan pascaoperasi dan menggunakan alat sebelum prosedur pembedahan atau pada kedaruratan selama periode pascaoperasi segera.
Intervensi Keperawatan :
1)      Kaji pemahaman pasien  tentang diagnosis, prosedur bedah, ritunitas preoperasi dan program pascaoperasi. Evaluasi  tenatang hasrat pasien terhadap informasi  tentang diagnosa dan prosedur.
R/.Memberikan dasar pengetahuan pada pasien yang memungkinkan membuat pilihan utk informasi.
            
2)      Jelaskan tentang diagnosa dan prosedu pembedahan sesuai kebutuhan.
R/ Informasi me3nurunkan cemas.
3)      Jelaskan tentang peristiwa preoperasi :
w  Dimana pasien akan berada sebelum, selama dan segera setelah operasi.
w  Obat – obatan preoperasi dan waktu pembedahan.
w  Penatalaksanaan nyeri, termasuk sensasi yang akan dirasakan.
w  Pemasangan kateter, selang dan ala pemberian oksigen.
w  Perubahan aktivitas posisi.
w  Perlunya menghindari merokok selama periode preoperasi.
w  Jam kunjungan dan lokasi ruang tunggu.
R/ Mengetahui apa yg diharapkan dapat menurunkan kecemasan.
4)      Jelaskan aktivitas, latihan dan kewaspadaan pascaoperasi. Izinkan pasien kembali mendemonstrasikan alat dan latihan berikut dengan cepat :
§  Napas dalam dan latihan batuk. .
§  Gerakkan naik turun dari tempat tidur.
R/ Mencegah kelemahan dan perasaan sehat.
5)   Sebelum pasiena pulang, anjurkan tentang aktivitas  yang akan dilakukan :
Meningkatkan aktivitas secara bertahap, menghindari secara bertahap sesuai toleransi, menghindari mengangkat beban (> 5Kg), menghindari mengemudi mobil (sering selama 4 – 6 minggu).
R/ Menghindari peningkatan tekanan intra abdomen yg tidak perlu.
6.   Berikan waktu pada pasien untuk mengajukan pertanyaan dan mengekspresikan perasaan.
R/ Meningkatkan proses belajar dan mengambil keputusan dan menurunkan kecemasan.
4.      IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan perencanaan yang telah di buat.
5.      EVALUASI
Evaluasi disesuaikan dengan outcome.
DAFTAR PUSTAKA
Dougthy, D. B. et al  (1993) Gastrointestinal Disorders, Mosby, Toronto
Doengoes, M. E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Perencanaan untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC, Jakarta.
Engram, Barbara. (1991) Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Suharyati Samba, Volume I, EGC, Jakarta
Reeves, J. C. dkk (2001),  Keperawatan Medikal Bedah,Penerjemah Joko Setyono, Salemba Medika, Jakarta.
I Putu Juniartha Semara Putrahttps://blogger.googleusercontent.com/tracker/2713408089131349016-6868456624078584956?l=semaraputraadjoezt.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar