BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari
bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa
lambung (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492). Gastritis
adalah segala radang mukosa lambung ( Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
,Edisi Kedelapan hal 1062). Gastritis merupakan suatu keadaan
peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis,
difus atau local. (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422). Gastritis adalah
peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau lokal
(Soepaman, 1998). Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif
Mansjoer, 1999). Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R,
1998).
B. Anatomi Fisiologi
Lambung merupakan suatu organ yang
terletak antara esophagus dengan duodenum, terletak pada region
epigastrium dan merupakan organ intraperitonel. Berbentuk menyerupai huruf J
dan terdiri dari fundus, corpus dan pylorus. Memiliki 2 buah permukaan
yaitu permukan anterior dan posterior serta memiliki 2 buah kurvatura yaitu
mayor dan minor. Lambung memiliki dua buah orifisium yaitu orifisium kardia dan
pilori. Permukaan anterior lambung berhubungan dengan diafragma, lobus kiri
dari hepar serta dinding anterior abdomen. Permukaan posterior berbatasan
dengan aorta, pancreas, limpa, ginjal
kiri, kelenjar supra renal serta mesokolon transversum. Suplai pembuluh darah berasal
dari beberapa arteri utama yaitu:
- Gastrika kiri, cabang aksis coeliacus berjalan sepanjang kurvatura minor.
- Gastrika kanan, cabang a.hepatica, beranastomose dengan a.gastrika kiri.
- Gastroepiploika kanan, cabang a.gastroduodenal yang merupakan cabang a.hepatica, memperdarahi lambung yang berjalan pada kurvatura mayor.
- Gastroepiploika kiri, cabang a.lienalis dan beranastomosis dengan a. gastroepploika kanan.
- Pada fundus terdapat a. gastrika brevis, cabang dari arteri lienalis.
Aliran vena lambung mengikuti nama
dari arteri arteri yang memperdarahi lambung dan aliran vena lambung akan
menuju ke vena porta. Aliran limfe lambung juga mengikuti daerah daerah yang
diperdarahi arteri arteri lambung. Pada daerah yang diperdarahi cabang arteri
lienalis maka aliran limfe akan bermuara ke hilus lienalis, sedangkan pada
sepanjang arteri gastrika kiri akan bermuara ke limfe sekitar aksis coeliakus.
Daerah kurvatura mayor akan bermuara ke limfe nodus subpilorik yang selanjutnya
bermuara ke limfe nodus coeliacus.
Lambung mendapatkan innervasi dari nervus vagus, baik
nervus vagus anterior dan posterior masuk kedalam cavum abdominalis melalui
hiatus esophagus. Vagus anterior akan menginervasi bagian lambung di
sepanjang kurvatura minor dan permukaan anterior lambung. Sedangkan vagus
posterior akan menginervasi permukaan posterior.
Secara histologi, lambung terdiri
atas 5 lapisan,yaitu: mukosa, submukosa, muskularis, subserosa & serosa.
Pada cardia terdapat kelenjar yang menghasilkan musin/lendir. Fundus dan corpus
merupakan 4/5 dari permukaan lambung memiliki 3 macam sel, yaitu:
1.
Sel musin yang menghasilkan lendir, terutama terletak di bagian atas
2.
Sel utama menghasilkan pepsinogen
3.
Sel parietal menghasilkan HCl dan faktor intrinsik Castle. Jika
bercampur dengan faktor ekstrinsik akan membentuk vitamin B12 (faktor
antianemia).
Juga ditemukan sel argentafin yang tersebar, yaitu sel
yang dapat dipulas dengan perak dan mempunyai fungsi endokrin.
Mukosa, lapisan
dalam lambung tersusun dari lipatan-lipatan longitudinal yang disebut rugae,
sehingga dapat berdistensi waktu diisi makanan. Submukosa,
Jaringan areolar yang menghubungkan lapisan mukosa dan muskularis bergerak
bersama gerakan peristaltik mengandung pleksus saraf, pembuluh darah dan
saluran limfe. Muskularis, → tiga lapis otot polos: lapisan
longitudinal (luar), lapisan sirkular (tengah) & lapisan
oblik (dalam)àmemecahkan, mengaduk & mencampur dengan cairan lambung,
dan mendorongnya ke arah duodenum.
Serosa/Subserosa
→ Merupakan bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan peritoneum
viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum dan memanjang ke
arah hati, membentuk omentum minus.
Fungsi lambung sebagai berikut :
a. Fungsi
motorik :
- Fungsi Reservoir : Menyimpan makanan.
- Fungsi Mencampur : Memecahkan menjadi pertikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.
- Fungsi Pengosongan: Pengosongan diatur oleh faktor saraf dan hormonal.
4.
Fungsi pencernaan dan sekresi :
- Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL dimulai disini.
- Sintesis & skresi gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan,peregangan antrum,alkalinisasi antrum dan rangsangan vagus.
- Sekresi faktor intrinsik → absorpsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal.
- Sekresi mukus → Melindungi lambung & sebagai pelumas.
Faktor pertahanan mukosa
gastro-duodenal
Epitel lambung diiritasi oleh 2
faktor yaitu endogen (HCL,pepsinogen/ pepsin & garam empedu) dan eksogen
(obat-obatan,alkohol dan bakteri), maka terdapat sistem pertahanan mukosa
gastroduodenal yang terdiri dari :
- Lapisan pre epitel: Berisi mukus bikarbonat (air 95% & lipid glikoprotein) → sebagai rintangan fisikokemikal terhadap molekul seperti ion hydrogen.
- Sel epitel : Menghasilkan mukus,transportasi ionik sel epitel serta produksi bikarbonatàmempertahankan pH (6-7) intraseluler, intracellular tight junction.
- Sub epitel : Sistem mikrovaskuler dalam lapisan submukosa lambung adalah komponen kunci dari pertahanan sub epitel.
Fisiologi Sekresi Lambung
Fase
sefalik. Menghasilkan sekitar 10% dari sekresi lambung normal
yang berhubungan dengan makanan. Penglihatan,penciuman dan rasa dari makanan
merupakan komponen fase sefalik melalui perangsangan nervus vagus.Sinyal
neurogenik yag menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri atau pusat
nafsu makan.
Fase
Gastrik. Terjadi pada saat makanan masuk kedalam
lambung,komponen sekresi adalah kandungan makanan yang terdapat didalamnya (asam
amino dan amino bentuk lainnya) yang secara langsung merangsang sel G untuk
melepaskan gastrin yang selanjutnya mengaktifasi sel-sel parietal melalui
mekanisme langsung maupun tidak langsung.Peregangan dinding lambung memicu
pelepasan gastrin dan produksi asam.
Fase
intestinal. Sekresi asam lambung dimulai pada saat makanan masuk
kedalam usus dan diperantarai oleh adanya peregangan usus dan pencempuran
kandungan makanan yang ada.
C.
Klasifikasi Gastritis
Gastritis
menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) :
1. Gastritis
akut
Disebabkan
oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi
gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
a.
Gastritis Eksogen akut ( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari
luar, seperti bahan kimiamisal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid
, mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung) ).
b.
Gastritis Endogen akut
2.
Gastritis
Kronik
Inflamasi
lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna
dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory). Gastritis
kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan
gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini
dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan
pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi.
Anemia pernisiosa berkembang pada
proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan
dengan infeksi helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
D. Etiologi
Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinyagastritis antara lain :
1. Infeksi
bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh
bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi
dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri
tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi
melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak – kanak dan
dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori
ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan
penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama
akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada
lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic
gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung
secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang
rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat
dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan
resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena
infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala
gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat
sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
2. Pemakaian
obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat
analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat –
obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan
kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian
yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan
alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan
terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
4. Penggunaan
kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan
pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik. Stress
fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat
menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6. Kelainan autoimmune. Autoimmune
atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel
sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan
secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah
zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya,
dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak
dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic
gastritis terjadi terutama pada orang tua.
7. Crohn’s
disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan
peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga
menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit
ini, gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam
bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
8. Radiasi and kemoterapi. Perawatan
terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan
pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan
peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang
terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan
tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9. Penyakit bile reflux. Bile
(empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan
ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian
saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot
sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu
mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan
benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan
gastritis.
10. Faktor-faktor lain. Gastritis
sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS,
infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal
E. Patofisiologi
1.
Gastritis
Akut
Gastritis
akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan
alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada orang yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus
vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung.
Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang
merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk
menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk
memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung
karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa
gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama
daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan
produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri
ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa
lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan).
Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa.
Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang
terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri
karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam
setelah perdarahan.
2. Gastritis
Kronis
Helicobacter
pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel permukaan
gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis
pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah
satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel
mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel
desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna
makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya
tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa
nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan
lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa.
Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan (Price, Sylvia dan
Wilson, Lorraine, 1999: 162).
F. Komplikasi
1.
Gastritis Akut
Komplikasi
yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock
hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik.
Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik
penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90
% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
2.
Gastritis
Kronis
Komplikasi yang timbul Gastritis
Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12
menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah
antrum pylorus. Gastritis Kronis juka dibiarkan dibiarkan tidak terawat, gastritis
akan dapat menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan pada lambung. Beberapa
bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung,
terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan
perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
G.
Tanda Dan
Gejala
- Gastritis akut sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
a.
Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai
terjadi renjatan karena kehilangan darah.
b.
Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan
tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
c.
Kadang – kadang disertai dengan
mual- mual dan muntah.
d.
Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
e.
Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia defisiensi
dengan etiologi yang tidak jelas.
f. Pada pemeriksaan fisis biasanya
tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat
sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti
hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.
2. Gastritis
kronis
- Bervariasi dan tidak jelas
- Perasaan penuh, anoreksia
- Distress epigastrik yang tidak nyata
- Cepat kenyang
H. Pemeriksaan Penunjang
1.
Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan
letaknya tersebar.
2.
Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis.
3.
Pemeriksaan radiology.
4.
Pemeriksaan laboratorium.
5.
Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun
pada klien dengan gastritis kronik.
6.
Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12
yang rendah merupakan anemia megalostatik.
7.
Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
8.
Gastroscopy.Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi
area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.
9.
EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes
diagnostik kunci untuk perdarahan
GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat ulkus jaringan /
cedera.
10. Angiografi =
vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat disimpulkan atau
tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera dan kemungkinan isi
perdarahan.
11. Amilase
serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis
(Doengoes, 1999, hal: 456).
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya, diet
lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara spesifik
dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Gastritis
Akut
- Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
- Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
- Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
- Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.
- Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
- Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
- Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
b. Gastritis
Kronis
- Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
- Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.
- Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
- H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory. .Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.
J. Pengkajian
1.
Aktivitas /
Istirahat
Gejala :
kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2.
Sirkulasi
Gejala : hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia), kelemahan / nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi), warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
Gejala : hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia), kelemahan / nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi), warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
3.
Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
4.
Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida), haluaran urine menurun, pekat.
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida), haluaran urine menurun, pekat.
5.
Makanan /
Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan. Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah.
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan. Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah.
Tanda : muntah :
warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah. Membran
mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan
kronis).
6.
Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
7.
Nyeri /
Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
K. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologis ( peradangan pada mukosa lambung )
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan factor biologis
3.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif (muntah), intake tidak adekuat
4.
Hipertermi berhubungan dengan penyakit
5.
Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan
fisik